Kamis, 09 Januari 2014

Tugas Portopolio Psikologi Manajemen


 Empowerment, merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia. Banyak penafsiran tentangempowerment. Dan salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment sebagai pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan. Apakah benar demikian?  Marilah kita lihat pengertian yang benar tentangempowerment.

1.      Pengertian
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikanempowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
·         Adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang memadai.
·         Adanya kontrol atas pelimpahan kewenangan dari manajemen.
·         Adanya penciptaan lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara maksimum untuk mencapai sasaran organisasi.

2. Kunci Elektabilitas Empowerment dalam Manajemen
Empowerment dalam segala bentuknya, secara perlahan mengalami evolusi. Sejak tahun 1980 an, perkembangan dalam dunia bisnis mendorong empowerment menjadi semakin penting. Kewenangan dan tanggung jawab yang terpusat menyebabkan organisasi kurang lincah dalam mengambil keputusan. Respon terhadap perubahan lingkungan yang semakin cepat sering lambat, sehingga berdampak pada banyaknya peluang bisnis yang tidak 

Empowerment menjadi penting karena antara lain :
·         Menjadikan organisasi lebih responsif terhadap perubahan pasar.
·         Mengurangi layer organisasi (birokrasi) dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya.
·         Mendorong pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan dan kompetensi untuk saling bekerja sama dengan pengawasan yang minim.
·         Memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada top manajemen untuk berpikir hal-hal strategis.
·         Meningkatkan kemampuan organisasi dalam persaingan.
·         Mengakomodasi harapan dari pegawai yang memiliki kemampuan tinggi.


 3. Pengertian Stres 
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensihasil.[2] Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka. [2].
Stres bisa positif dan bisa negatif.[2] Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.[3] Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.[3]

Sumber :  http://id.wikipedia.org/wiki/Stres
4. Sumber Stres Pada Manusia
Stres adalah satu kata yang familiar bagi Anda bukan?. Tapi jika Anda bertanya kepada selusin orang untuk mendefinisikan stres, atau menjelaskan apa yang menyebabkan stres bagi mereka, atau bagaimana stres mempengaruhi mereka, Anda mungkin akan mendapatkan 12 jawaban yang berbeda untuk masing-masing permintaan. Alasan untuk ini adalah bahwa tidak ada satu definisi stres yang semua orang setuju , apa yang dirasakan sebagai stres bagi satu orang mungkin malah menyenangkan atau memiliki sedikit saja efek pada orang lain, kita semua bereaksi terhadap penyebab stres yang berbeda.
Istilah The “Stress” , diciptakan dan digunakan oleh Hans Selye pada tahun 1936, yang didefinisikan sebagai “respon non-spesifik dari tubuh untuk setiap permintaan perubahan”.
Stres bukanlah istilah yang berguna bagi para ilmuwan karena adalah suatu fenomena yang sangat subjektif yang menentang definisi itu. Dan jika Anda tidak dapat menentukan stres, bagaimana mungkin Anda mengukurnya?
Pada saat itu telah diyakini bahwa sebagian besar penyakit disebabkan oleh patogen khusus, namun berbeda, misalnya : Tuberkulosis disebabkan basil tuberkulum, anthrax oleh basil anthrax, sifilis oleh spirochete, dll. Namun  Apa yang diusulkan Selye adalah sebaliknya, yaitu bahwa berbagai penghinaan (yang menyebabkan stress) dapat menyebabkan penyakit yang sama, tidak hanya pada hewan, tetapi pada manusia juga .
Teori Selye’s menarik perhatian dan stres segera menjadi kata kunci populer yang benar-benar diabaikan oleh definisi asli Selye’s. Beberapa orang menggunakan stres untuk merujuk ke bos yang sombong atau buruk atau situasi yang tidak menyenangkan lain dimana mereka menjadi sasaran. Bagi banyak orang, stres adalah reaksi mereka terhadap kondisi dalam bentuk nyeri dada, mulas, sakit kepala atau palpitasi. Selain itu stres juga digunakan  untuk merujuk kepada apa yang mereka anggap sebagai hasil akhir berulang dari tanggapan keadaan  seperti bisul atau serangan jantung. Banyak ilmuwan mengeluh tentang kebingungan ini dan satu dokter menyimpulkan dalam isu 1951 dari British Medical Journal bahwa, “Stres adalah selain itu sendiri, juga penyebab itu sendiri, dan hasil itu sendiri.”
Selye berhasil berjuang seumur hidupnya untuk menemukan definisi yang memuaskan dari stres. Stres, dia didefinisikan ulang sebagai “Tingkat keausan pada tubuh”. Ini sebenarnya adalah gambaran yang cukup baik untuk penuaan biologis sehingga tidak mengherankan bahwa stres yang terus meningkat bisa mempercepat banyak aspek dari proses penuaan. Dalam tahun-tahun berikutnya, ketika diminta untuk mendefinisikan stres, dia mengatakan kepada wartawan, “Semua orang tahu apa yang dimaksud stres, tapi tidak ada yang benar-benar tahu.”
Stres sepertinya pernah dialami oleh siapapun. Entah yang tua ataupun yang muda, entah yang miskin atau yang kaya. Bahkan seorang bayi kecil yang ingin keluar dari rahim ibunya pun mengalami stres untuk pertama kali sebelum ia bertemu dengan dunia. Ia berjuang keras untuk dapat keluar dari rahim ibunya. Lansia juga dapat mengalami stres. Seorang nenek dapat mengalami stres karena ajalnya yang semakin mendekat. Seorang pengusaha muda dapat mengalami stres jika melihat indeks saham yang berubah-ubah sepanjang waktu. Remaja wanita juga mengalami stres jika datang bulan. Hal ini membuktikan bahwa stres memang sudah menjadi bagian hidup dari manusia. Stres tidak dapat Anda dihindari. Oleh karena itu, Anda-lah yang seharusnya mengkontrol stres yang datang di kehidupan Anda.
Stres yang negatif disebut distress
Stres dapat berarti suatu hal yang menekan kita. Stres juga dapat diartikan sebagai reaksi tubuh kepada lingkungan melalui meningkatnya tekanan internal tubuh dan tegangan antara otot tubuh. Stres yang terjadi dalam durasi yang lama dapat mendatangkan penyakit dalam tubuh. Selain penyakit, stres juga dapat mencuri kebahagiaan yang Anda miliki dalam hidup ini. Apabila Anda menjalani hidup dengan ketidakbahagiaan, tentunya hidup akan terasa lebih sulit.
Stres seringkali dikenal sebagai sesuatu yang mesti dihindari, karena membuat seseorang merasa tidak nyaman. Stres seringkali dianggap mendatangkan hal yang bersifat negatif.
Stres yang positif disebut eustres
Eustress atau stres yang positif adalah stres yang menyebabkan Anda beradaptasi dan meningkatkan kemampuan adaptasi Anda. Eustress juga dapat memperingati Anda jika kemampuan dalam mengangani stres sudah tidak mencukupi sehingga dapat meningkatkan kemampuan coping . Intinya,eustress menantang Anda untuk hidup lebih baik lagi.
Gejala  Efek Stres
Pernahkah Anda merasa badan tiba-tiba berkeringat dingin, lidah  menjadi kelu, serta jantung  berdebar-debar saat melakukan presentasi di depan banyak orang. Mungkin ketiga tanda tersebut merupakan stres yang Anda alami. Untuk dapat menangani stres secara lebih baik,  perlu mengenali reaksi terhadap stres, sehingga dapat memilih coping strategies mana yang dapat Anda lakukan.
Setdaknya ada 50 gejala yang merupakan efek dari stres, terbagi dalam 4 kelompok , yakni fisik, kognitif, emosi dan tingkah laku, antara lain sebagai berikut :
§  Gejala stres yang dapat dilihat melalui efek pada  fisik, antara lain adalah gagap dalam berbicara (sulit untuk bicara), detak jantung meningkat, kepala pusing, badan gemetaran, muntah-muntah, kesulitan bernafas, kelelahan yang berlebihan, serta kesulitan tidur.
§  Secara kognitif, efek stres yang muncul adalah berkurangnya konsentrasi, mudah lupa, munculnya pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, kreativitas menurun, serta hilangnya kontrol pada diri sendiri.
§  Sedangkan secara emosi, reaksi stres yang muncul adalah mudah cemas, cepat tersinggung, mudah marah, depresi, penarikan diri pada lingkungan sosial, mudah menangis, menurunnya rasa percaya diri, serta munculnya pandangan negatif pada diri dan orang lain.
§  Dilihat dari tingkah laku, reaksi stres yang terlihat adalah tidak sabar, menjadi ceroboh, nervous laughter, menarik diri dari lingkungan sekitar, merokok, penurunan dan peningkatan nafsu makan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman beralkohol, serta munculnya tingkah laku yang bersifat agresif seperti mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tingg
Penyebab Stress
Penyebab stres (stressor) anda dapat datang dari sudut kehidupan manapun. Kejadian kecil dalam hidup anda pun dapat menjadi sumber stres yang membuat hidup anda hancur. Masalah yang muncul sebenarnya sebenarnya bersifat netral, anda-lah yang memegang peranan untuk mengubahnya menjadi hal yang bersifat positif atau negatif.
Dari aspek bioecological (lingkungan), sumber stres dibagi menjadi empat bagian, yaitu time and body rhythms, eating and drinking habits, noise polution, dan climate and altitude.
§  time and body rhythms, Biasanya terjadi akibat jet lag. Bagi yang sering bepergian ke luar negeri yang memiliki jeda waktu yang berbeda dengan Indonesia dan kelelahan berjam-jam naik pesawat  bisa menjadi sumber stres. Bagi para wanita, hormonal time juga dapat membuat stres. Misalnya pada saat sebelum dan saat menstruasi, serta saat menghadapi menopause. Wanita menjadi lebih sensitif serta mudah tersinggung.
§  eating & drinking habits. Ada sebagian orang yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi), tetapi ada juga beberapa orang yang mengalami overnutrisi. Hal lain yang dapat menjadi sumber stres adalah terlalu banyak mengkonsumsi junk food, kopi, teh, drugs, serta alkohol. Pengkonsumsian makanan yang berbahaya  kadang membuat stres bagi banyak orang karena dapat menimbulkan penyakit pada diri mereka.
§  noise polution. Gangguan suara seringkali terjadi pada anda yang tinggal di kota-kota besar. Disana aktivitas perkantoran, perindustrian serta kemacetan lalu lintas seringkali menimbulkan suara yang bising. Suara ini seringkali mengganggu konsentrasi kita dalam mengerjakan sesuatu dan membuat stres bagi kebanyakan orang. Bagi orang-orang yang menyukai suasana tenang, noise polution dapat menjadi salah satu penyebab stres utama dalam kehidupannya.
§  climate & altitude. Stres in terjadi biasanya karena adanya perubahan iklim. Misalnya bagi anda yang senang mendaki gunung, seringkali pergantian cuaca yang ekstrim dapat menimbulkan hyperthermia. Bagi anda yang senang bepergian ke negara-negara bagian Barat, seringkali suhu udara yang dingin membuat kita tidak nyaman akan diri kita sendiri.
Selain dari aspek bioekologi, stressor dapat muncul dari pekerjaan. Seseorang dapat mengalami stres pada pekerjaan yang berasal dari organisasi itu sendiri, lingkungan pekerjaan, faktor biologis pada lingkungan pekerjaan, serta kelelahan pribadi. Anda tentu dapat mengalami stres jika memperoleh gaji yang tidak sesuai dengan kemampuan anda, entah gaji kecil atau besar. Selain itu, jam kerja yang rutin juga dapat menimbulkan kebosanan bagi beberapa orang sehingga menimbulkan stres jika tidak diatasi dengan baik.
Sedangkan dari aspek psikososial,  Perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita, dapat menjadi salah satu sumber stres. Misalnya ketika kita masuk kuliah pada hari yang pertama, pindah rumah, menikah, melahirkan seorang anak, dsb, merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita dan dapat mengakibatkan stres.
Remaja juga memiliki sumber stres mereka sendiri. Keadaan keluarga, tuntutan dari lingkungan sekitar, persahabatan, masalah self-esteem, sampai masalah percintaan dapat menimbulkan stres di kalangan remaja.
Cara Mengatasi Stres
Secara umum, terdapat dua cara untuk mengatasi stres , yaitu problem focus dan emotion focus
§  Problem focus, adalah cara mengatasi stres dengan memfokuskan diri pada masalah atau sumber stres . Cara ini dapat di lakukan jika masalah yang dialami bersifat controllable. Contohnya, anda mengalami kesulitan dalam mengikuti suatu mata kuliah tertentu. Anda juga khawatir apabila mata kuliah ini akan menurunkan indeks prestasi. Maka hal yang dapat anda lakukan (berdasarkan problem focus) adalah tidak mengikuti dan membatalkan mata kuliah tersebut.
§  Cara yang kedua adalah emotion focus, dimana mengatasi stres dengan cara memfokuskan diri dengan emosi yang dialami. Cara ini biasanya dilakukan ketika menghadapi masalah yang bersifat uncontrollable (tidak dapat dikontrol). Contohnya ketika  merasa stres akibat kehilangan saudara karena bencana tsunami, hal yang dapat dilakukan misalnya berdoa agar diberikan kekuatan oleh Tuhan dalam menghadapi masalah ini.
Kedua cara tersebut, problem atau emotion focus, sebenarnya tidak ada yang lebih baik. Cara tersebut dapat anda lakukan tergantung pada masalah apa yang dialami.
Humor Adalah Obat Stres
Dalam mengatasi stres, anda dapat memiliki berbagai pilihan aktivitas, misalnya  mengambil cuti beberapa saat dan menghabiskan liburan bersama keluarga, meditasi, yoga, berolahraga atau melakukan hobi yang lain.
Salah satu cara terbaru yang ditemukan oleh para ahli dalam mengatasi stres adalah dengan tertawa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli, orang dewasa lebih sedikit tertawa dibandingkan dengan anak-anak. Anak-anak dapat tertawa sebanyak 400 kali dalam satu hari, sedangkan orang dewasa hanya 15 kali. Mengapa kita jarang sekali tertawa padahal tertawa bukanlah suatu hal yang sulit? Orang dewasa jarang tertawa mungkin disebabkan karena masalah yang dihadapi semakin banyak, sehingga menimbulkan stres. Selain itu, media massa yang ada lebih banyak menyediakan berita mengenai hal-hal yang buruk. Kematian, pembunuhan, perceraian, sepertinya menjadi makanan kita sehari-hari. Tak heran, kita lebih sedikit tertawa dibandingkan dengan anak-anak. Oleh karena itu, marilah kita lebih mengenal keuntungan yang muncul jika anda tertawa.

Ketika tertawa, tidak saja membuat anda terlihat lebih segar tetapi juga berpengaruh pada sistem tubuh, dimana otot tubuh menjadi lebih santai. Hal ini tentu saja memiliki efek yang baik bagi yang sedang mengalami stres. Selain itu, dengan tertawa,  tubuh  dapat mengurangi hormon stres. Perlu di ketahui bahwa tubuh mengeluarkan hormon neuroendocrine ketika sedang stres. Sebaliknya ketika tertawa, tubuh mengurangi hormon tersebut sehingga tubuh akan terasa lebih rileks.
Selain itu, ketika sedang stres, sistem imun tubuh menjadi lemah dan akan lebih mudah terkena penyakit, yang justru kadang menimbulkan stres baru. Oleh karena itu, banyaklah tertawa mulai saat ini. Keuntungan lain yang diperoleh dengan tertawa adalah dapat meningkatkan hubungan dengan orang lain. Orang lain tentu akan lebih menyukai berhubungan dengan orang yang tertawa daripada orang yang selalu menampilkan wajah sedih. Oleh karena itu, marilah kita banyak tertawa mulai saat ini. Kesehatan akan membaik, hubungan dengan orang lain juga meningkat, dan satu hal yang penting stres dapat menurun. So, remember to have a lot laugh today!


Sumber : http://asehat.wordpress.com/2011/04/04/stres-gejala-penyebab-dan-cara-mengatasinya/  

5. Pendekatan Terhadap Stres Pada manusia 

Pernah merasa tertekan dalam menghadapi suatu masalah? Bisa jadi kita mengalami stres. Stres merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis yang kerap menghinggapi manusia, terutama di era modern ini. Semakin kompleksnya permasalahan hidup dan semakin bertambahnya populasi manusia telah meningkatkan peluang seseorang terkena stres. Mari kita bahas seluk-beluk stres sebagai gangguan psikologis dan hubungannya dengan kesehatan fisik kita.



Konsep sehat dan sakit 
Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan artinya. Beberapa faktor yang berbeda terkadang menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan, dan penyakit. Pada tahun 1947, WHO mencoba untuk menggambarkan kesehatan secara luas. Kesehatan (health) diartikan sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.




Di sisi lain, penyakit merupakan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologis dan psikofisiologis pada seseorang. Kesakitan adalah reaksi personal, interpersonal serta kultural terhadap penyakit. Kesakitan juga merupakan respon subjektif dari pasien, serta respon di sekitarnya terhadap keadaan tidak sehat, tidak hanya memasukkan pengalaman tidak sehatnya saja, tapi arti dari pengalaman tersebut bagi dia.
Gangguan psikologis dan kondisi fisik
Kondisi fisik dan psikologis seseorang seringkali saling terkait. Dari sakit fisik bisa muncul gangguan psikologis. Sebaliknya pula, dari gangguan psikologis bisa muncul sakit fisik. Dalam mengkaji hubungan di antara keduanya, analisis permasalahan meliputi pencarian/penggalian dan penjelasan hubungan antara kepribadian dan penyakit fisik yang diikuti dengan pendekatan penelitian kontemporer.
Apa sebenarnya perbedaan antara gangguan psikologis seperti cemas dan depresi dengan gangguan fisik seperti penyakit infeksi dan kanker? Secara langsung, gangguan psikologis dapat dijelaskan dengan mengetahui penyebab psikologis itu sendiri seperti stres, pengalaman trauma, dan masalah kanak-kanak. Sementara itu, gangguan fisik diakibatkan oleh penyebab fisik. Dari situ diketahui bahwa gangguan psikologis seharusnya disembuhkan dengan sarana psikologi seperti psikoterapi dan terapi perilaku, sedangan gangguan fisik disembuhkan secara medis.
Gangguan psikologis berkisar dari penyakit mental yang serius sampai kasus yang depresi yang relatif ringan yang biasanya disebabkan ketidakseimbang biokimia, sering dianggap sebagai keturunan. Hal ini terutama didukung oleh penelitian DNA. Di sisi lain, jenis kepribadian tertentu ada yang mudah terkena penyakit jantung dan stres, yang merupakan faktor utama dalam penyebab banyak penyakit fisik. Pengobatan holistik dan terapi sejenisnya untuk penyakit fisik seringnya mempunyai komponen psikologi yang besar seperti program manajemen stres, relaksasi, hingga pelatihan pernafasan.
Sejarah penelitian stres
Sumbangan pertama dalam penelitian tentang stres diberikan oleh Cannon pada tahun 1932 mengenai responfight-or-flight, yang menyatakan bahwa organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem saraf sistematik dan endokrin. Melalui respon fisiologis ini, organisme didorong untuk menyerang ancaman tadi atau melarikan diri.
Sumbangan paling penting dalam penelitian stres dilakukan oleh Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation Syndrome (GAS). Seyle menyatakan bahwa ketika organisme berhadapan dengan stresor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan yang diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem saraf simpatetik. Tanpa memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis yang sama, selebihnya dengan mengulangi atau memperpanjang stres sehingga akan melicinkan dan mematahkan sistem. Model oleh Seyle ini menjadi dasar dalam membahas masalah stres.
Stres dapat dikonseptualisasikan dari berbagai macam titik atau pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon, dan stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungan.
1. Stres sebagai ‘stimulus’
Pendekatan ini menitikberatkan pada lingkungan dan menggambarkan stres sebagai suatu stimulus (atau stres sebagai ‘variabel bebas’). Pendekatan yang mengungkapkan hubungan antara kesehatan dengan penyakit pada kondisi tertentu di lingkungan eksternal, dilacak pertama kali oleh Hipocrates di awal abad 15 SM, yang menyatakan karakteristik kesehatan dan penyakit dikondisikan oleh lingkungan eksternal. Menurut model ini, seorang individu bertemu secara terus-menerus dengan sumber-sumber stresor yang potensial yang ada di dalam lingkungan, tetapi hanya satu yang tampak minor atau kejadian yang tidak berbahaya dapat mengubah keseimbangan yang tipis yang ada di antara batasan coping (cara mengatasi masalah) dengan keseluruhan perlawanan perilaku coping.
Kelemahan model ini adalah adanya perbedaan individual, tingkat toleransi seseorang, dan harapan-harapannya. Tidak ada kriteria objektif yang bisa mengukur situasi yang penuh stres kecuali ukuran pengalaman individual, sedangkan lingkungan yang memberi tekanan dapat berupa lingkungan kerja.
2. Stres sebagai ‘respon’
Pendekatan ini memfokuskan pada reaksi seseorang terhadap stresor dan menggambarkan stres sebagai suatu respon (atau stres sebagai variabel tertentu). Menurut Sutherland dan Cooper, stres sebagai suatu respon tidak selalu bisa dilihat, hanya akibatnya saja yang bisa dilihat. Pendekatan ini berfokus pada perspektif medis.
 3. Stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan
Pendekatan ini menggambarkan stres sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional. Di dalam proses hubungan ini termasuk juga proses penyesuaian.
Stres bukan hanya suatu stimulus atau sebuah respon saja, tetapi juga suatu proses di mana seseorang adalah suatu perantara (agen) yang aktif yang dapat mempengaruhi stresor melalui strategi-strategi perilaku, kognitif dan emosional. Individu akan memberikan reaksi stres yang berbeda pada stresor yang sama. Jadi terdapat perbedaan dalam mengartikan tumbuhnya kesadaran terhadap stres merupakan proses yang kompleks dan dinamis yang ssuai dengan pendekatan biopsikososial terhadap kehidupan manusia.
Menurut Sutherland dan Cooper, konsep dasar stres adalah sebagai berikut:
  • Penilaian kognitif: stres adalah pengalaman subjektif yang mungkin didasarkan atar pesepsi terhadap situasi yang tidak semata-mata tampak di lingkungan.
  • ŸPengalaman: suatu situasi yang tergantung pada tingkat keakraban, keterbukaan, proses belajar, kemampuan nyata, dan konsep reinforcement.
  • Tuntutan: tekanan, keinginan, atau rangsangan-rangsangan yang segera sifatnya, yang mempengaruhi cara-cara tuntutan yang dapat diterima.
  • Pengaruh interpersonal: ada tidaknya seseorang, faktor situasional dan latar belakang mempengaruhi pengalaman subjektif, respon dan perilaku coping.
  • Keadaan stres: merupakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan dengan kemampuan yang dimiliki untuk menemukan tuntutan tersebut. Proses yang menikuti merupakan proses coping, serta konsekuensi dari penerapan strategi coping.
Sumber-sumber stres
Meskipun pendekatan yang sering digunakan untuk memahami stres berasal dari pandangan interaktif, namun kita perlu juga mengetahui potensi stresor yang ada di lingkungan. Adapun stresor-stresor tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:
Sumber-sumber stres di dalam diri seseorang:
  1. Kesakitan: tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.
  2. Penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stres yang utama. Menurut teori Kurt lewin, kekuatan motivasional yang melawan akan menyebabkan dua kecenderungan yang berlawanan, yaitu pendekatan dan penghindaran.
Sumber-sumber stres di dalam keluarga:
Stres dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, hingga tujuan yang saling berbeda.
Sumber-sumber di dalam komunitas dan lingkungan:
Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres, dan beberapa pengalaman stres orang tua bersumber dari pekerjaannya dan lingkungan yang sifatnya stressful.
(a)    Pekerjaan dan stres
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres sehubungan dengan pekerjaan mereka. Faktor-faktor yang dapat membuat pekerjaan itu stresful, antara lain:
  1. Tuntutan pekerjaan
    Tuntutan pekerjaan dapat menimbulkan stres dalam 2 cara, yaitu pekerjaan terlalu banyak dan jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebh stresful daripada jenis pekerjaan lain.
  2. Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia
    Contohnya, tenaga medis yang mempunyai beban kerja yang berat dan harus berhati-hati supaya tidak membuat kesalahan sehingga dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.
Menurut Sarafino, stres kerja dapat disebabkan karena lingkungan fisik yang terlalu menekan, kurangnya kontrol yang dirasakan, kurangnya hubungan interpersonal, hingga kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Sementara itu, Sutherland dan Cooper menyatakan bahwa sumber stres yang berasal dari interaksi lingkungan sosial dengan pekerjaan, meliputi stresor yang ada di dalam pekerjaan itu sendiri, konflik peran, masalah dalam hubungan dengan orang lain, perkembangan karir, iklim dan struktur organisasi, hingga adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga.
(b)   Stres yang berasal dari lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, seperti: kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin badai. Stresor lingkungan mencakup stresor secara makro, seperti migrasi, dan kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir.
Tingkat keseriusan stres
Pendekatan terhadap stres menekankan pada kejadian hidup utama sebagai sumber stres. Pendekatan yang cukup baru adalah perhatian untuk kejadian-kejadian traumatis yang ekstrem, baik buatan manusia (seperti perang) maupun bencana alam (seperti tsunami dan tornado).
Pengalaman traumatis yang paling mengerikan, yang sering diselidiki, adalah perang. Stres yang berhubungan dengan perang dapat disebabkan karena kematian anak, saudara, dan perpisahan dengan keluarga. Pengalaman stres ini, efeknya dapat berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Reaksi panjang seperti ini dinamakanPost Traumatic Stres Disorder (PTSD). Orang yang menderita PTSD mempunyai ciri khas, yaitu mengalami stresor yang sangat ekstrem. Salah satu reaksi terhadap kejadian yang penuh stres adalah tidak responsif, seperti berkurangnya minat untuk melakukan aktivitas, menarik diri, dan penyempitan emosi. Gejala lainnya adalah takut berpisah dan kehilangan, takut akan kematian, disorientasi, depresi, dan agresi.
Mengatasi stres (stress coping)
Menurut Lazzarus dan Folkman, coping stres merupakan suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasanl dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh tekanan. Secara umum, stres dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan lingkungan di mana hubungan transaksi ini merupakan suatu proses yang dinamis.
Secara umum, coping stres mempunyai dua macam fungsi, yaitu:
  1. Emotion-focused copingDigunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini melalui perilaku individu, seperti penggunaan obat penenang, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang stresful, individu akan cenderung untuk mengatur emosinya.
  2. Problem-focused copingUntuk mengurangi stresor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Metode atau fungsi masalah ini lebih sering digunakan oleh orang dewasa.
Ada delapan strategi coping yang berbeda yang secara umum dikenal dalam psikologi, yaitu: 1. konfrontasi, 2. mencari dukungan sosial, 3. merencanakan pemecahan masalah dikaitkan dengan problem-focused coping, 4. kontrol diri, 5. membuat jarak, 6. penilaian kembali secara positif, 7. menerima tanggung jawab, dan 8. lari atau penghindaran. Tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk semua situasi stres. Tidak ada strategicoping yang paling berhasil. Strategi coping yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stres dan situasi. Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh stres, daripada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling berhasil.
Perbedaan individu dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai macam stres di antaranya dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki (misal inteligensi, kreativitas, kecerdasan emosional), pengaruh lingkungan, pendidikan, pengembangan diri, dan usia. Ada pula beberapa penyesuaian yang dapat bersifat mengurangi gejala stres. Penyesuaian yang tidak disadari yaitu dengan menggunakan defense mechanisms (mekanisme pertahanan diri), sedangkan penyesuaian yang disadari di antaranya membicarakan masalah yang dihadapi dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain yang mengurangi simptom stres, atau sekadar tertawa.
Penyesuaian yang  sifatnya problem solving terhadap stres, merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa atau lebih terarah, ada strategi tertentu, dan lebih efektif. Ini dapat dilakukan dengan memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres atau memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.
Penutup: stres dan kesehatan fisik
Stres merupakan salah satu gangguan psikologis. Oleh karena itu, antara stres dan kesehatan fisik dapat saling mempengaruhi. Stres bisa menyebabkan menurunnya kondisi fisik, sebaliknya penurunan kondisi fisik pun bisa menyebabkan stres. Setiap manusia tentu ingin hidupnya sehat secara fisik dan psikologis. Dengan demikian, dua aspek kesehatan ini perlu diperhatikan secara bersamaan agar setiap individu tidak menjadi individu yang sakit.
Bahan bacaan:

 PENGERTIAN STRESS
Terdapat beberapa pengertian tentang stress yang dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuan. Levi (1991) mendefinisikan stress sebagai berikut:
Dalam bahasa tekhnik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian-bagian tubuh.
Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stress dapat diartikan proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan terhadap tubuh.
Secara umum. Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.

Sumber-sumber potensi stress :
 Setiap orang mempunyai reaksi dan cara yang berbeda dalam menghadapi suatu situasi yang sama. Berikut ini akan dijelaskan beberapa penyebab umum stres:
1.    penyebab fisik
a.    kebisingan. Kebisingan yang terus-menerus dapat menjadi sumber stres bagi banyak orang. Namun perlu diketahui bahwa terlalu tenang juga  dapat menyebabkan hal yang sama.
b.    Kelelahan. Masalah kelelahan ini dapat menyebabkan stres karena kemampuan untuk bekerja menurun. Kemampuan bekerja menurun menyebabkan prestasi menurun dan tanpa disadari menimbulkan stres.
c.    Penggeseran kerja. Mengubah pola kerja yang terus-menerus dapat menimbulkan stress. Hal ini disebabkan karena seorang karyawan sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama dan sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan lama.
d.    Jet-lag. Jet-lag adalah jenis kelelahan khusus yang disebabkan oleh perubahan waktu sehingga mempengaruhi irama tubuh seseorang.
e.    Suhu dan kelembaban. Bekerja dalam ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat mempengaruhi tingkat prestasi karyawan. Suhu yang tinggi harus dapat ditoleransi dengan kelembaban yang rendah.
2.    beban kerja
beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja mungkin terlalu banyak dan sebagainya.
3.    sifat pekerjaan
situasi baru dan asing. Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau organisasi, seseorang akan merasa sangat tertekan sehingga dapat menimbulkan stres.
Ancaman pribadi. Suatu tingkat kontrol (pengawasan) yang terlalu ketat dari atasan menyebabkan seseorang merasa terancam kebebasannya.
Percepatan. Stres bisa terjadi apabila ketidakmampuan seseorang untuk memacu pekerjaan.
Ambiguitas. Kurangnya kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan (dwi arti), akan menimbulkan kebingungan dan keraguan bagi seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Umpan balik. Standar kerja yang tidak jelas dapat membuat karyawan tidak puas karena mereka tidak pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu, standar kerja tidak jelas juga dapat dipergunakan untuk menekan karyawan.
4.    Kebebasan
Kebebasan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan hal yang menyenangkan. Ada sebagian karyawan justru dengan adanya kebebasan membuat mereka merasa ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam bertindak. Hal ini dapat merupakan sumber stres bagi seseorang.
5.    Kesulitan
Kesulitan-kesulitan yang dialami dirumah, seperti ketidakcocokan suami-istri, masalah keuangan, perceraian dapat mempengaruhi prestasi seseorang dan merupakan sumber stres bagi seseorang

Pendekatan Stress
·       Pendekatan dukungan social yaitu melakukan aktivitas untuk mendapat kepuasan social.
·       Pendekatan melalui meditasi yaitu berkonsentrasi kea lam pikiran dan menenangkan emosi. Kurang lebih 20 menit.
·       Pendekatan melalui biofeedback yaitu segera mencari bantuan melalui bimbingan medis seperti Dokter, Psikolog dsb.
·       Pendekatan kesehatan pribadi yaitu pendekatan paling preventif sebelum terjadi stress.

Suprihanto, John, TH. Agung M. Harsiwi, Prakoso Hadi. 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: STIE YKPN
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Ivancevich, John M., Robert Konopaske, Michael T. Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi Edisi 7 (2). Jakarta: Erlangga

Komunikasi Dalam Manajemen
A.      Definisi Komunikasi
Definisi komunikasi menurut West dan Turner, adalah Communication is a social process in which individuals employ symbols to establish and interpret meaning in their environment. (West and Turner 2007;5)
Berdasarkan definisi West dan Turner diatas penulis menyimpulkan pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin hidup tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Adanya interaksi antar sesama manusia dan fakta bahwa komunikasi adalah sebuah proses yang terus menerus dan tidak ada akhirnya menandakan komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Komunikasi pada hakikatnya adalah sebuah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Menurut Onong Uchjana Effendi, pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message) lalu kedua, lambang (symbol). Tujuan dari komunikasi itu sendiri yaitu, mengubah sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, dan mengubah masyarakat. Dalam perkembangannya, komunikasi juga memiliki fungsi tersendiri yaitu to inform, to educate, to entertain, dan to influence.
Berdasarkan dari jumlah komunikannya, komunikasi dibagi dalam tujuh bagian. Yang pertama, komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri. Lalu ada komunikasi interpersonal, komunikasi antara dua orang yang berhadapan langsung. Yang ketiga, komunikasi kelompok kecil, yaitu komunikasi dengan sekelompok orang untuk mencapai sebuah tujuan bersama, biasanya terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Yang keempat komunikasi organisasi adalah komunikasi dalam lingkungan yang besar dan luas juga berstruktur. Lalu komunikasi publik adalah komunikasi kepada pendengar dalam jumlah besar, dengan kata lain komunikasi untuk menyebarkan informasi kepada khalayak. Lalu komunikasi massa, yaitu komunikasi yang bertujuan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak melalui media massa. Dan komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara individu yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
B.       Proses Komunikasi
Sebelum komunikasi dapat terjadi, dibutuhkan suatu tujuan,yang terekspresikan sebagai pesan untuk disampaikan. Pesan itu disampaikan dari seorang pengirimkepada seorang penerima. Ia disandikan (diubah menjadi suatu bentuk simbolis) dan dialihkan melalui perantara (saluran) kepada penerima, yang lalu menerjemahkan ulang (membaca sandi) pesan yang diberikan oleh pengirim. Hasilnya adalah transfer makna dari satu orang ke orang lain.
Bagian-bagian penting dari proses komunikasi meliputi: (1) Pengirim, (2) penyandian, (3) pesan, (4) saluran, (5) penerjemahan sandi, (6) penerima, (7) gangguan, dan (8) umpan balik.
Pengirim mengirimkan sebuah pesan dengan cara menyandikan pemikirannya. Pesan tersebut adalah produk fisik actual dari penyandian oleh pengirim. Ketika kita berbicara, pembicaraan tersebut adalah pesan. Ketika kita memberikan gerak isyarat, gerakan-gerakan lengan kita dan ekspresi wajah adalah pesan. Saluran merupakan perantara yang dipakai pesan dalam menempuh perjalanan. Saluran tersebut dipilih oleh pengirim, yang menentukan apakah ia hendak menggunakan saluran yang formal atau informal. Saluran formal disediakan oleh organisasi dan berfungsi sebagai penyampai pesa-pesn yang berhubungan dengan aktifitas professional dari para anggotanya. Secara tradisional saluran ini mengikuti rantai otoritas dalam organisasi. Berbagai bentuk pesan lain, seperti pesan pribadi atau social, menggunakan saluran informal dalam organisasi. Saluran informal tersebut bersifat spontan dan timbul sebagai tanggapan  terhadap pilihan-pilihan individual. Penerima adalah objek yang menjadi sasaran itu. Tetapi, sebelum pesan tersebut bisa diterima, symbol-simbol di dalamnya harus diterjemahkan menjadi bentuk yang dapat dipahami oleh penerima. Langkah ini disebut penerjemahan sandi dalam pesan. Gangguan mewakili berbagai hambatan komunikasi yang mengacaukan kejelasan pesan. Contoh-contoh sumber gangguan meliputi masalah persepsi, muatan informasi yang berlebihan, kesulitan-kesulitan semantik, atau perbedaan kultural. Mata rantai terakhir dalam proses komunikasi adalah lingkaran umpan balik. Umpan balik adalah sarana pengecekan mengenai seberapa berhasil kita telah menyampaikan pesan kita seperti yang dimaksudkan pada awalnya. Hal ini menentukan apakah pemahaman telah tercapai.

C.      Hambatan Komunikasi
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton (dalam Kurnia), ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11):
1.    Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2.    Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3.    Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4.    Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5.    Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6.    Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7.    No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

D.      Definisi Komunikasi Interpersonal Efektif
Banyak faktor yang mempengaruhi efektvitas komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah pembuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu Hardjana (2003) dalam Suranto (2011).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator, ditindak-lanjuti dengan perbuatan secara sukarela, dan meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.
Pengertian yang sama terhadap makna pesan
Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi dikatakan efektif, adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan.
Pada tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi yang disebabkan oleh karena komunikan memahami makna pesan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
Melaksanakan pesan secara suka rela
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah bahwa komunikan  menindak lanjuti pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan. Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung dalam kedudukan yang setara (tidak superior-inferior) sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut. Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan sebagai suasana yang tertekan. Dengan demikian seberapa baik seseorang melakukan komunikasi dan interaksi antarpersona dengan orang lain, dapat dilihat dari bagaian dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat dan adil, bagaimana ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga perasaan dan harga diri orang lain.
Meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu untuk memelihara hubungan antarpribadi. Seringkali orang tidak menyadari pentingnya masalah interaksi antarmanusia, karena sebagian orang beranggapan bahwa yang terpenting adalah modal kekuasaan dan modal material. Kalau dua modal itu berada ditangan, dikiranya segala urusan menjadi lancar dan berpihak kepadanya.
Padahal kecakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan aset yang penting dalam hubungan bermasyarakat. Banyak orang yang menjadi sukses karena mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik dimata masyarakat. Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan lebih untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik.
Menurut Suranto (2011) Komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika komunikan memahami pesan komunikator dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang komunikator inginkan. Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi:
1.    Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu 
2.    Menyampaikan pengetahuan atau informasi 
3.    Mengubah sikap dan perilaku 
4.    Pemecahan masalah hubungan antar manusia  
5.    Citra diri menjadi lebih baik 
6.    Jalan menuju sukses.
Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi interpersonal yang berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Keefektifan komunikasi interpersonal dapat juga dijelaskan dari perspektif The 5 Inevitable Laws of Effective Communication (Lima Hukum Komunikasi Efektif) melalui ajimahendra.blogspot.comdalam Suranto (2011:80). Lima hukum tersebut yaitu Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humbledisingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan dengan prinsip komunikasi interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana meraih perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respon positif dari orang lain.

E.       Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi
1.    Komunikasi Interpersonal
Komunikasi yang mengalir antar individu yang menekankan transfer informasi dari satu individu ke individu lain. Komunikasi antar pribadi yang efektif tergantung pada umpan balik.
a.    Komunikasi Lisan
Sarana pertama untuk menyampaikan pesan adalah komunikasi lisan. Pidato, berbagai diskusi formal satu-lawan-satu dan kelompok, serta desas-desus informal merupakan beberapa bentuk popular dari komunikasi lisan.
Kekuatan komunikasi lisan terletak pada kecepatan dan umpan baliknya suatu pesan verbal dapat disampaikan dan jawabannya bisa diterima dalam waktu yang singkat. Jika si penerima tidak yakin atas pesan yang diperolehnya, umpan balik yang cepat memungkinkan adanya deteksi awal pengirimnya. Dan dengan demikian, memungkinkan dilakukannya koreksi yang segera.
Kelemahan terbesar dari komunikasi lisan terdapat dalam organisasinya atau ketika pesan tersebut harus disampaikan melaluli sejumlah orang. Semakin banyak orang yang harus dilalui oleh sebuha pesan, semakin besar kemungkinan penyimpangannya. Jika pernah bermain dalam permainan “telepon” di suatu pesta, Anda pasti tahu masalahnya. Setiap orang menerjemahkan pesan tersebut dengan caranya sendiri. Isi pesan, ketika sampai ditujuannya, seringkali sangat berbeda dari aslinya. Dalam sebuah organisasi dimana keputusan dari komunike lain disampaikan secara verbal ke atas dank e bawah hierarki otoritas, ada banyak peluang bagi pesan tersebut untuk mengalami penyimpangan.

b.    Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata, yang dikirim melalui gerak badan, ekspresi wajah, gerak mata, gerak tangan, nada suara. Bentuk komunikasi nonverbal antara lain:
1)   Bahasa tubuh
Mencakup ekspresi wajah, gerak mata, kaki, tangan, dan sikap badan.
2)   Paralanguage
Mencakup segala sesuatu seperti nada suara, kecepatan bicara, tertawa, ungkapan.

c.    Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal:
1)   Ekspresi wajah
Merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
2)   Kontak mata
Merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbalBeberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
3)   Postur tubuh dan gaya berjalan.
Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
4)   Sound (Suara)
Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
5)   Gerak isyarat
Adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.


DAFTAR PUSTAKA

Robbins, S.P., Judge T.A. (2011). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar