Rabu, 18 Januari 2012

KEBUDAYAAN SUKU ASMAT DI PAPUA BARAT

 NAMA KELOMPOK
1. Astriana Novi Saesa
2. Dian Hendriany
3. Marlina
4. Mutiara Harini Kartika
5. Oliver Nadiansyah
6. Riska Yuliani


SUKU ASMAT
A.     Kisah Orang Asmat
            Fume Ripit sebagai pencipta asal manusia Asmat dan kebudayaannya. Tersebutlah seorang pemuda bernama Fumeripits mati terdampar ditepi sungai. Ia dihidupkan kembali oleh seekor burung rajawali sakti, Rasa kesunyian mendorongnya untuk menggambar rumah, menatah barang kayu menjadi patung dan tifa.
            Ketika tifa di tabur gambar rumahpun menjadi rumah laki-laki (YUE) à menjelmalah patung menjadi manusia Asmat.

B.     Peta Suku-Suku Bangsa
            Peta suku-suku bangsa adalah gambaran bahwa nusantara ini dihuni oleh berates-ratus suku bangsa, yang satu sama yang lainnya berbeda adat istiadatnya, perilaku, bahasa dan tutur kata. Sedangkan suku Asmat terletask di pulau papua bagian barat daya.
Luas wilayah suku Asmat berkisar 24.502 km2.
C.     Diorama Lingkungan Alam
            Kawasan Asma dilindungi oleh hutan rimba aneka pohon, semak belukar yang penuh belitan akar jalar hingga sulit ditembus. Pohon sagu sebagai penghasil makanan pokok, tumbuh hampir merata disetiap lokasi. Didalannya hidup berbagai jenis fauna dan flora seperti, babi hutan, kadal, tikus, bajing terbang, kuskus, dan lain-lain. Serta reptile biawak maupun ular dan burung cendrawasih. Disamping aliran sungai hidup puluhan binatang air seperti, ikan. Kepiting, buaya, kerang, dan kura-kura. Perkampungan Asmat yang terletak di hulu sungai yang terdiri dari dua jenis rumah yaitu, rumah YEUW (rumah bujang) dan CEM (rumah keluarga) selain itu juga dikenal rumah BIVAK yang sering dibangun ditengah hutan sagu serai tempat istirahat. Setiap laki-laki Asmat memiliki keterampilan menebang dan mangukir pohon sagu dan mangurai teknik membuat api secara tradisional.
D.     Sistem kekeluargaan suku Asmat
            Pada jaman dulu suku Asmat suka berpindah-pindah tempat tinggal. Namun sekarang hal itu tidak terjadi lagi. Tetapi mereka masih tetap lebih suka tinggal di tempat yang jauh, dengan tujuan untuk menghindari serangan dari musuh atau suku lain. Dalam sistem keluarga suku Asmat menganut paham monogami, namun ada pula yang poligami. Pasangan yang telah menikah biasanya tinggal di tempat istri yang berasal dari pihak ibu.
            Di setiap desa hidup sekitar 100 sampai 1000 jiwa. Mereka tinggal di rumah besar yang dinamakan dengan bujang. Dalam satu rumah bujang ada dua atau tiga keluarga yang hidup bersama dan berdampingan. Selain sebagai tempat tinggal, rumah bujang juga sering digunakan untuk keperluan upacara yang bersifat religi atau keagamaan

E.      Mata Pencariannya
a.       Kehidupan sehari-hari
            Mata pencaharian hidup orang Asmat di daerah pantai adalah meramu sagu, berburu binatang kecil, dan mencari ikan disungai, danau, maupun pinggir pantai. Mereka juga menanam buah-buahan,
b.      Kehidupan di perkampungan
            Berburu dan menangkap ikan. Dalam masyarakat Asmat, kaum wanita yang bekerja mencari dan mengumpulkan bahan makan serta mengurus anak-anak. Ini sudah membudaya dalam kehidupan mereka karena kaum pria dahulunya sering disibukkan dengan berperang.

F.      Bahasa
            Bahasa-bahasa yang digunakan orang Asmat termasuk kelompok bahasa yangoleh para ahli linguistik disebut sebagai Language of the Southern Division,bahasa-bahasa bagian selatan Irian Jaya. Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Irian(Papua) Non-Melanesia. 

G.     Status dan Peran
            Dalam kehidupan orang Asmat, peran kaum laki-laki dan perempuan adalah berbeda. Kaum laki-laki memiliki tugas menebang pohon dan membelah batangnya. Pekerjaan selanjutnya, seperti mulai dari menumbuk sampai mengolah sagu dilakukan oleh kaum perempuan. Secara umumnya, kaum perempuan yang bertugas melakukan pencarian bahan makanan dan menjaringikan di laut atau di sungai. Sedangka kaum laki-laki lebih sibuk dengan melakukan kegiatan perang antar clan atau antar kampung. Kegiatan kaum laki -laki juga lebih terpusat di rumah bujang.

H.     Lembaga pernikahan
            Sistem kekerabatan orang Asmat yang mengenal sistem clan itu mengatur pernikahan berdasarkan prinsip pernikahan yang mengharuskan orang mencarijodoh di luar lingkungan sosialnya, seperti di luar lingkungan kerabat, golongansosial, dan lingkungan pemukiman Garis keturunanditarik secara patrilineal (pria), dengan adat menetap sesudahmenikah yang virilokal. Adat virilokal adalah yang menentukan bahwasepasang suami-istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaumkerabat suami.

I.        Sistem Kepercayaan Orang Asmat
            Orang Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari. Dalam keyakinan orang Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan.
            Pada dasarnya perubahan kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat terjadi karena adanya sesuatu yang kurang memuaskan bagi masyarakat. Maka masyarakat dengan sengaja mengadakan perubahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan zaman. Perubahan kebudayaan dapat terjadi karena adanya faktor baru yang lebih memuaskan bagi masyarakat.

Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan kebudayaan antara lain;
1) Akulturasi
2) Asimilasi
3) Inovasi
4) Difusi

            Istilah akulturasi atau culture contact (kontak kebudayaan) mempunyai pengertian proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan di olah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
            Misalnya gerak migrasi, gerak perpindahan dari suku suku bangsa di muka bumi. Migrasi tentu menyebabkan pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda dan akibatnya ialah bahwa individu-individu dalam kelompok-kelompok itu diharapkan dangan unsur-unsur kebudayaan asing.
            Proses akulturasi sudah ada sejak dulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat khusus baru timbul ketika kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai menyebar ke daerah lain di muka bumi dan mulai mempengaruhi masyarakat di muka bumi ini.
            Bersama dengan perkembangan pemerintah-pemerintah jajahan di semua benua dan daerah di luar Eropa, berkembang pula berbagai usaha penyebaran agama Nasrani. Akibat dari proes yang besar ini pada masa sekarang hampir tidak ada suku bangsa yang yang terhindar dari pengaruh unsur unsur kebudayaan Eropa itu.

Bangsa Indonesia paling tidak telah mengalami tiga kontak kebudayaan asing yang besar yaitu sebagai berikut.
a) Kontak dengan kebudayaan Hindu-Buddha pada zaman kuno (abad ke- 1-15).
b) Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad ke- 15-17).
c) Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad ke-17-20).
Bentuk-bentuk dari kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi antara lain:
1) Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat seluruh masyarakat atau antara bagian-bagian saja dalam masyarakat, dapat juga terjadi antara antara individu-individu dari dua kelumpok.

2) Kontak dapat pula diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan.
3) Kontak dapat pula timbul antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai secara politik atau ekonomi.
4) Kotak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang:
a) sama besarnya
b) berbeda besarnya
5) kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek materiil dan yang non materiil dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang kompleks dan antara kebudayaan yang kompleks pula.

Contoh akulturasi Indonesia- Hindu/buddha adalah masuknya epos ramayana atau mahabarata dalam cerita wayang. Contoh lain adalah adanya beberapa arsitektur candi dalam bangunan keagamaan di Indonesia. Contoh akulturasi Indonesia-Islam adalah mesuknya sastra dan kesustraan Arab dalam kesustraan Indonesia. Contoh lain adalah masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bangunan keagamaan di Indonesia.
Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.

Kesimpulan
                Banyak hal lain yang dapat kita ketahui setelah menelaah lebih lanjut mengenaikehidupan orang Asmat yang ada di Indonesia ini. Banyaknya orang asingmelalui bukunya yang telah mengungkapkan bagaimana kehidupan masyarakatAsmat pada jaman dahulu menandakan bahwa orang Asmat memiliki ciri khastertentu. Hal itu dapat dilihat dari adanya keahlian yang dimiliki masyarakatAsmat (wow-ipits/ pengukir Asmat)dalam hal mengukir dan memahat sehinggamenghasilkan benda-benda seni yang indah dan mengagumkan. Walaupunhanya menggunakan alat-alat yang sederhana, mereka tetap dapat menghasilkankarya yang indah. Di balik kekaguman itu, mungkin tertanam dalam pikiran masyarakat ba hwasuku Asmat adalah suku yang primitif, manusia kanibal yang suka mengayaukepala orang -orang luar di sekitarnya. Kebiasaan papis dianggap sebagaikegiatan seksual yang tidak bermoral. Namun semua itu hanyalah sejarah bagimasyarakat Asmat pada saat ini.Saat ini masyarakat Asmat lebih terkenal dengan hasil karyanya dalam bidangseni pahat dan ukir. Semua kebudayaan yang dimiliki oleh orang Asmatmerupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia ini