Rabu, 13 Maret 2013

Tugas Psikoterapi

1. Pengertian psikoterapi Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu. Sumber : http://www.psychologymania.com/2011/10/pengertian-psikoterapi.html 2. Tujuan Psikoterapi Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Tujuan terapi (Korchin) : 1. memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar 2. mengurangi tekanan emosional 3. mengembangkan potensi klien 4. mengubah kebiasaan 5. memodifikasi struktur kognisi 6. memperoleh pengetahuan tentang diri 7. mengembangkan kemampuan berkomunikasi & hubungan interpersonal 8. meningkatkan kemampuan mengambil keputusan 9. mengubah kondisi fisik 10. mengubah kesadaran diri. 11. mengubah lingkungan sosial Dasar psikoterapi : Manusia pada dasarnya bisa dan mungkin untuk dipengaruhi / diubah melalui intervensi psikologi yang direncanakan Terapi akan efektif jika : - adanya pemulihan dalam hubungan interpersonal - adanya keterampilan coping yang lebih baik - pertumbuhan personal Sejarah Psikoterapi : Psikoterapi berawal dari upaya menyembuhkan pasien yang menderita penyakit jiwa - berabad-abad yang lalu orientasi mistik - upaya mengusir roh jahat dengan cara tidak manusiawi (mengisolasi, mengikat, memasung, memukul) - Philipe Pinel Melakukan pendekatan bersifat manusiawi, yang berorientasi kasih sayang (love oriented approach) - mendirikan asylum - Anton Mesmer Mempergunakan teknik hypnosis & sugesti, teknik hypnosis kemudian digunakan oleh Jean Martin Charcot - Paul Dubois Merumuskan & menekankan peranan penting teknik berbicara (speech technique, talking cure) yang digunakan kepada pasien. Paul Dubois tercatat sebagai “The First Psychotherapiest” - Joseph Breuer (senior dari Sigmund Freud) & Sigmund Freud - menggunakan teknik hypnosis & teknik berbicara dalam upaya menyembuhkan pasien2 histeria - Pada Breuer  talking cure dilakukan terhadap pasien dalam keadaan hypnosis - Pada Sigmund Freud  talking cure dilakukan terhadap pasien dalam keadaan sadar ( cikal bakal lahirnya psikoanalisis) 3, Sebut dan jelaskan unsur- unsur psikoterapi Eksistensial Psychotherapies Eksistensialis mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Martin Heidegger (1889-1976) biasanya disebut sebagai tokoh filsafat eksistensial modern. Dalam pandangan Heidegger, eksistensi manusia adalah proses, terus berkembang untuk setiap individu. Tidak statis, tapi selalu menjadi sesuatu yang berbeda (Hergenhahn, 1992). Unsur-unsur filsafat eksistensial terlihat dalam bentuk psikoterapi yang dikembangkan oleh Ludrvig Binswanger dan lain-lain Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka. Psikoterapi eksistensial berusaha untuk memahami makna yang unik dari sudut pandang pengalaman klien yang subjektif dari dalam diri individu atau dunia saat fenomenologisnya. Hubungan kolaboratif antara klien dan terapis adalah penyembuhan dalam dirinya sendiri, dan tidak bergantung konseptual pada "repair model" (Walsh & McElwain.2002, p.272). Pendekatan eksistensial bukanlah bentuk yang paling banyak dipraktekkan psikoterapi, namun para praktisi melihatnya sebagai kontras yang menyegarkan untuk terapi mekanistik lebih bekerja keras dalam mempromosikannya, mengutip dukungan eksperimental berkembang di beberapa daerah (Cain & Seeman, 2002). Hal ini juga penting dalam mengatur adegan untuk terapi humanistik yang lebih populer, terutama Carl Rogers berpusat pada terapi klien. Gestalt Therapy Nama yang paling kuat terkait dengan terapi Gestalt adalah Frederick ("Fritz") Perls (1893-1970). Perls adalah seorang dokter Jerman yang awalnya dilatih dalam psikoanalisis, tetapi ia menjadi semakin tertarik pada ide-ide fenomenologis dan eksistensial dan akhirnya mengembangkan terapi Gestalt sebagai campuran psikoanalisis, eksistensial, dan pengaruh lainnya (Greenberg & Rice, 1997). Psikolog Gestalt keberatan untuk mempelajari unsur-unsur tertentu dalam persepsi dan pembelajaran, dengan alasan bahwa kita tidak mengalami dunia dalam fragmen yang terisolasi tetapi dalam konfigurasi bermakna (Hergenhahn, 1992). Studi psikolog Gestalt 'persepsi dan pemecahan masalah menunjukkan bahwa kita cenderung untuk melihat pola, bukan rangsangan terisolasi, dan bahwa orang-orang dan hewan dapat memecahkan masalah dalam kilatan wawasan di mana kita tiba-tiba "melihat" solusi bukan oleh Leaming esensial-and-error yang membosankan. Para psikolog Gestalt Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Max Wertheimer mengembangkan sistem mereka sebagai teori medan di mana struktur yang diciptakan oleh kimia otak memaksakan agar pada apa yang kita rasakan, sementara pada saat yang sama pola apa yang dirasakan secara bertahap dapat membentuk tata letak otak manusia (Hergenhahn, 1992). Gestalt Therapy Konsep. Studi Perls tentang psikologi Gestalt memberinya pandangan holistik fungsi fisik dan psikologis manusia, dan menuntunnya untuk melihat orang tersebut sebagai bagian dari suatu organisme / lingkungan lapangan (Greenberg & Beras 1997,. p. 102). Istri Perls dan kolega, Laura Posner Perls, melakukan pendekatan terapi Gestalt dengan dia. Mereka mengembangkan terapi Gestalt afier meninggalkan Jerman pada tahun 1930-an untuk Belanda, maka Afrika Selatan, dan kemudian Amerika Serikat dan Kanada (Yontef, 1995). Konsisten dengan teori medan, dalam pendekatan mereka terhadap psikopatologi dan psikoterapi Fritz Perls dan Laura dan rekan mereka terfokus pada proses, atau pengembangan masyarakat dari waktu ke waktu, bukan struktur kepribadian statis, seperti yang tersirat oleh model psikoanalitik tradisional. Perls fritz dilihat seseorang sebagai sangat banyak sedang berlangsung acara-fisik, proses yang kompleks dan terus mencerna makanan, membangun dan mogok kimia dalam saraf dan otot, dan sebagainya, dan psikologis, interaksi terus menerus dari orang dengan fluks yang selalu berubah rangsangan internal dan eksternal. Terapis Gestalt menggunakan metabolisme mental yang panjang sebagai metafora untuk proses melalui mana orang tumbuh secara emosional (Yontet 1995). Dalam Perls klinis mereka bekerja Fritz dan Laura menekankan kesadaran sensasi tubuh saat ini, percobaan aktif dalam bentuk latihan ini yang dirancang untuk membantu klien mendapatkan berhubungan dengan pengalaman langsung mereka, dan pertemuan yang tulus dengan orang lain. Unsur-unsur ini semuanya telah dimasukkan ke dalam humanistik kontemporer dan terapi pengalaman (Greenberg & Rice, 1997; Yontef 1995). Insight adalah konsep penting dalam terapi Gestalt. Insight adalah bentuk kesadaran di mana segala sesuatu jatuh ke tempatnya dalam pola meaningfur. Psikoterapi dapat membantu orang mengembangkan wawasan kesadaran diri ketika hal ini tidak terjadi secara alami. Sebagai terapi intervention Gestalt berfokus pada proses pengalaman daripada konten dan didasarkan pada interaksi di sini dan sekarang antara terapis dan klien. Lagu-lagu terapis ke dalam angka-angka yang muncul dari latar belakang selama interaksi terapeutik dan mencoba untuk mendapatkan wawasan mereka (Yontef, 1995). Gestalt Terapi sering dikaitkan dengan beberapa teknik dramatis yang baik dipublikasikan pada tahun 1960 dan 1970-an. Ini termasuk teknik “empty chair” untuk berurusan dengan "belum selesai" dengan orang lain, dan penutupan sehingga mendapatkan. Dalam teknik menghadapi kursi kosong ini, kontak orang yang imajiner lainnya untuk mengekspresikan emosi yang menyakitkan yang sebelumnya menghambat (Strumpfel & Goldman, 2002, p.197). Terapis Gestalt menentang gagasan bahwa ada set teknik mapan yang mendefinisikan pendekatan. Seperti dalam kasus pendekatan terapi lainnya, prinsip-prinsip terapi jauh lebih penting daripada teknik tertentu yang dapat digunakan (yontef, 1955). Seperti psikoterapi eksistensial, Gestalt terapi tidak umum dilakukan sebagai pendekatan “free standing”. Namun, itu telah memiliki pengaruh yang kuat pada sekolah humanistik lainnya, dan beberapa strategi dan prinsip telah populer di kalangan terapis eklektik. Client-Centered Therapy Pengenalan Carl Rogers “Clien-Centered Therapy” pada tahun 1940 adalah peristiwa penting dalam meluncurkan terapi humanistik sebagai kekuatan yang signifikan dalam psikoterapi Amerika. Asumsi utama Rogers adalah bahwa klien mengarahkan pertumbuhan pribadi mereka sendiri, dibantu oleh sumber daya batin mereka sendiri. Proses terapis ini membantu bersama dengan menyiapkan iklim yang paling fasilitatif, hubungan interpersonal yang hangat yang ditandai dengan keaslian terapis, hal positif tanpa syarat, dan empati (Raskin & Rogers). Dipengaruhi oleh Maslow, Rogers percaya bahwa drive bawaan individu untuk aktualisasi diri semua bahwa salah satu kebutuhan untuk memecahkan masalah pribadi dan emosional dan menjalani kehidupan yang memuaskan. Tugas terapis adalah untuk membebaskan proses ini ketika telah menjadi diblokir, biasanya ketika individu telah kehilangan kontak dengan nya atau rasa sendiri tentang apa yang terasa benar dan bergantian, sebagai gantinya, untuk menerima penghakiman dan mencari persetujuan dari orang lain. Konsisten dengan teori ini, Rogers memberikan konselor dan psikoterapis rekomendasi: Jangan memecahkan masalah, tapi membantu klien tumbuh. Mengandalkan pada drive individu terhadap penyesuaian dan perkembangan yang sehat. Tekankan emosional, bukan intelektual, unsur-unsur dalam proses konseling. Fokus pada situasi mendesak, bukan masa lalu. Tekankan hubungan terapeutik itu sendiri sebagai pengalaman pertumbuhan (Kain, 2002; Rogers, 1940, 1942). Memperkuat asumsi teoritis dalam artikel selanjutnya, "The Necessary and Sufficient Conditions of Theurapeutic Personality Change" (Rogers, 1957), ia membuat poin-poin berikut. Dua orang, klien dan terapis, berada dalam kontak psikologis. Klien adalah keadaan ketidaksesuaian (rentan atau cemas). Terapis adalah sama dan sebangun atau terintegrasi-otentik, konsisten-dalam hubungan. Terapis mengalami hal positif tanpa syarat untuk klien, dan pengalaman pemahaman empatik dari frame internal klien acuan. Terapis menyampaikan pemahaman empatik nya dan hal positif tanpa syarat kepada klien, dan komunikasi dari pengalaman ini efektif (Cain, 2002). Genuineness. Ketika terapis yang asli (atau kongruen) dalam hubungan terapeutik, mereka alami dan polos, hanya menjadi diri sendiri, daripada menempatkan pada gambar palsu atau bahkan gambar seorang terapis profesional. Kebalikan dari keaslian dalam arti Rogerian akan menjadi “game face” yang dapat ditampilkan sebagai langkah pertama menghitung dirancang untuk mendapatkan beberapa keuntungan. Unconditional positive regard. Menerima klien tanpa syarat berarti tidak berkewajiban memperoleh nilai hakikat manusia, secara otomatis terapis akan menerima klien dengan masalah apapun. Namun banyak keraguan dari teknik client center therapy jika menghadapi anak yang mengganggu dan pembunuh, namun client center therapy menjawab bahwa kita akan selalu mendapatkan nilai, penghargaan dari manusia tanpa kamu menolak perilakunya. Empati. Empati memiliki arti “turn in” artinya masuk lebih dalam dan mengerti dunia pribadi klien seakurat mungkin, dan dianggap sebagai dunia kita sendiri. “seolah olah” sangat penting. Terapis jangan sampai melupakan kualitas “seolah-olah”, atau akan kebingungan dengan batasan personalnya. Meskipun begitu, bekerja keras untuk memahami perasaan klien dan pandangan klien sangat memungkinkan, tanpa “menjadi” klien hal tersebut sulit terwujud. Dalam client center therapy, terapis menunjukkan rasa empati, memahami klien adalah prioritas utama (Patterson, 1980). Empati tidak mudah, bukan hanya mengikuti kembali kata-kata yang diungkapkan klien. Lebih lanjut, terapis harus bisa menggabungkan perasaan dengan kata-kata yang diungkapkan klien. Penelitian client center therapy. Kontribusi Rogers dalam psikoterapi merupakan inovasi yang memfokuskan klien sebagai agen perubahan untuk dirinya sendiri dan bersifat unik. Belakangan ini penelitian Rogers focus pada nondirective therapy.Dilihat dari sisi interaksi terapis, kuncinya adalah “jika terapis menerima,memahami, memperjelas perasaan klien, akan ada perubahan perasaan dari arah negative ke positif, diikuti dengan pemahaman dan aksi positif yang dimulai oleh klien (Bozareth et al,. 2002). Ketika pernyataan terapis diinterpretasikan atau dibentuk maka klien berhenti melakukan self-exploring. Sebaliknya jika terapis merefleksikan perasaan maka klien melanjutkan proses self-exploring. Penelitian akhir akhir ini tentang client center therapy menyimpulkan hasil yang kebanyakan serupa dengan hipotesis Rogers. Komunikasi yang baik dari terapis, unconditional positive regard, dan empati akan memfasilitasi klien mengembangkan, namun dalam beberapa penelitian kelompok hal ini tidak terlalu adekuat (Rachman & Wilson, 1980). Review dari publikasi tahun 1970an menyimpulkan bahwa hungan anara kondisi fasilitas dan pengembangan terapeutik adalah hal yang paling penting. Di beberapa penelitian, dibandingkan dengan psikoterapi tradisional, behavioral therapy (Sloane, Staples, Cristol, Yorkstone, & Whipple, 1975), kunci dari Rogerian adalah kondisi tidak berhubungan dengan hasil treatmen. Alasan yang memungkinkan dari kekurangan ini adalah pilihan peneliti untuk menggunakan kelompok dengan prestasi rendah dan anak yang nakal. Seperti meneliti mengenai penyesuaian diri penderia schizophrenia, peningkatan prestasi dan pencegahan individu yang nakal sangat sulit dinilai oleh psikoterapi. Sejak tahun 1980an penelitian psikoterapi secara umum fokus pada evaluasi teknik treatment spesifik bagi beberpa gangguan. Penelitian mengenai client center therapy berfokus pada prosedur karena hal ini terlihat diabaikan pada hubungan klien dan terapis (Bozarth et al., 2002). Untuk beberapa tingkat, perbedaan perhatian menggambarkan perbedaan tujuan dan target perlakuan dari client center. Contoh, terapis behavior. Tujuan terapis client center secara umum adalah untuk mengembangkan fungsi kepribadian klien daripada menangani gangguan mental yang spesifik. Kritik untuk client center therapy adalah pendapat bahwa pertumbuhan personal melebihi batas tujuan daripada mencari jalan keluar penyelesaian sindrom sindrom gangguan tersebut misalya gangguan kecemasan, gangguan depresi, dan gangguan obsessive compulsive. PEMILIHAN KOMBINASI TREATMENT 3 tahapan model-helping Terapi client center Rogers sacara jelas mengemukakan 3 tahap model helping yang diperkenalkan oleh Hill and O’Brien (1999). Gambaran dari psikodinamika, client centered, terapi cognitive-behavioral, 3 tahap model tersebut menampilkan psikoterapis dan konselor (“helper”) sebagai kolaboator dan fasilitator yang membimbing klien untuk mengembangkan perasaannya, pemahaman tentang masalah, membuat keputusan, dan perubahan yang efektif. Dibanding dengan mengakui keahlian bagaimana manusia seharusnya hidup, helper menggunakan empati dan kemampuan khusus untuk membentuk hubungan terapeutik. Explorasi, wawasan, dan aksi (exploration, insight, and action) 3 tahap model ini adalah Explorasi, wawasan, dan aksi. Dalam sebagian tahapan klien dibantu untuk sampai pada masa dengan pikirannya, perasaannya, dan tingkah lakunya sebagai domain utama dari fungsi psikologis. Di tahap eksplorasi, klien mengembangkan dan memeriksa 3 domain tersebut. Dalam tahap wawasan (insight) klien mencari tahu pemahaman tentang mereka. Dan di tahap aksi, klien memutuskan apa yang akan dilakukan dengan dasar eksplorasi dan insight. Tahap eksplorasi terlihat sangat menggambarkan terapi client center milik Rogers. Tahap insight sangat menggambarkan terapi psikodinamika, sementra tahap action sangat menggambarkan terapi cognitive-behavioral. Bagaimanapun, empathic collaboration, konsep ini secara tegas diidentifikasi oleh sisi humanistic , yang merupakan unsur penting dari 3 tahap tersebut. Dan humanistic dan gagasan eksperiental sangat terkenal sebagai dasar asumsi. Diinformasikan dari pekerjan Rogers bahwa, tahap eksplorasi dalam model Hill and O’Brien melibatkan penetapan rapport dan perkembangan hubungan terapeutik, membentuk iklim sehingga klien “menceritakan cerintanya”, mendapatkan akses dalam emosinya, mendorong kemunculan emosi, dan membantu klien mengalami perasaannya, secara umum adalah mengetahui mengenai klien- kehidupannya, gaya interaksinya, masalahnya, keinginannya. Dalam prosesnya psikoterapis juga dapat berbuat salah seperi berbicara terlalu banyak, memberikan saran, mencoba untuk menjadi teman atau sahabat klien atau gagal mendengarkan klien dengan cermat. Dalam tahap insight, terapis dan klien berkolaborasi untuk mencapai pemahaman. Ini dapat merangkum perolehan kesadaran klien untuk menemukan potensi dalam penyelesaian masalahnya. Terapis bertugas mengkonstrak pengertian dari pengalaman. Dalam tahap action, terapis membimbing klien kea rah pengambilan keputusan dan pengaruh perubahan tingkah laku dari apa yang telah dia pelajari selama tahap insight. Komponen Pokok (Essential Components) Klinikan mengikuti 3 tahap model-helping yang serupa dengan terapi kognitif dalam tahap empathic collaboration dan penggantian skema disfungsional kognitif. Mereka juga menujukan kesamaan dengan klinikan psikoanalitik yang focus pada proses covert (luar), dikerjakan oleh keduanya klien dan terapis. Proses Terapi Eksperimental Leslie Greenberg, Robert Elliot dan koleganya telah mengkombinasikan client center therapy dengan komponen eksistensial, Gestalt. Tekananya adalah pada proses emosi dan rekonstruksi skema emosi. Klien dibantu untuk mengintegrasikan informasi dari emosi, system kognitif yang membentuk penyesuaian diri (Cain, 2002). Karena klien ahli dalam pengalamannya maka terapis tidak dapat menginterpretasikan ataupun member nasihat. Tetapi membesarkan hati klien untuk mengidentifikasi pengalaman dan ikut serta dalam menemukan dan memilih. Fokus pada pengalaman saat ini dan proses momen ke momen tertentu yang dialami secara jasmaniah. Teori Psikopatologi Stress dapat terjadi ketika orang tidak dapat menumukan kata-kata atau gambaran yang melukiskan pengalamannya dan ketika kunci skema emosi dari pengalaman diinterpretasikan secara disfungsional. Guiding Principle Terapis mengarahkan perpaduan dan eksplorasi dan menawarkan intervensi yang tidak memaksa dan tidak otoritatif. Isu utama yang berkembang adalah keseimbangan antara relationship responsiveness dan task directiveness. Ada 6 prinsip yang dapat di artikulasikan, tiga membimbing perkembangan hubungan terapeutik dan tiga lainnya memfasilitasi pemenuhan tugas terapeutik. Eksperiential Response Modes Dalam 6 prinsip, terapis membuat beberapa eksperiential response modes. Pokok utamanya adalah penegasan mengenai pemahamana, eksplorasi, dan proses mengarahkan. Therapeutic Task (tugas terapeutik) Tugas terapeutik secara umum terdiri dari 3 elemen, bertugas mempersiapkan kesiapan klien, operation atau rangkaian aksi, dan penemuan solusi atau end state. Tipe intervnsi dan tugas adalah penegasan eksplorasi, penjelasan, fokus, menggugah untuk mengungkapkan, 2 bangku conflict split, self interruption, empaty chair dialogue, pemahaman kerja. Practical Aplication Proses psikoterapi eksperimental bukan hanya secara jelas menerapkan terapi individual, tetapi juga aplikasi dalam grup dan pasangan. Ini sangat membantu untuk pasien dengan bebrapa patoligis dan stress yang relatif. Treatmen ini berlangsung selama 50 menit per sesi dalam seminggu. Penelitian hasil treatment Elliot (2002) melakukan meta-analisis dari 86 studi dari proses eksperiemental dan terapi humanistic terapi. Dia mengkalkulasikan efek re dan pos test menggunakan analisis statistika, dan mengunakan kontrol statistik bagi kedisiplinan peneliti. Rata-rata, klien terapi humanistic menunjukkan perubahan terapeutik sepanjang waktu. Klien mendapatkan kestabilan, bertahan selama interval yang berlangsung selama 12 bulan. FAMILY THERAPY Terapi keluarga dapat ditempatkan dalam konteks yang lebih luas dari teoritis ilmu psikologi mengenai intervensi keluarga (Liddle, Bray, Levant, & Santisteban, 2002), intervensi keluarga psikologi dapat melibatkan, menilai, dan memperhatikan beberapa sistem dan tingkat pengaruh sosial, termasuk rekan, sekolah , pekerjaan, komunitas, dan lingkungan domain. Susunan yang luas dari intervensi yang mungkin menarik kuat, tapi tidak seluruhnya, dari terapi keluarga dan studi tentang sistem keluarga (Liddle et a1, 2002.). System Perspective (Pandangan Sistem) Sebuah sistem adalah "kumpulan organisme yang saling berhubungan dalam saling berpengaruh, hubungan saling tergantung satu sama lain" (Miklowitz, 1994, hal.372). Mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem berarti melihat anggota keluarga sebagai sesuatu yang saling berhubungan melalui emosi kasih sayang mereka. Diterapkan pada psikopatologi, pandangan sistem menyiratkan bahwa kehadiran gangguan psikologis dalam anggota keluarga individu mencerminkan masalah dalam sistem keluarga itu sendiri. Akibatnya, pengobatan melibatkan memodifikasi struktur keluarga dan proses komunikasi yang terjadi di dalamnya. Sebuah sistem keluarga memiliki peraturan mekanisme sendiri yang cenderung tetap dalam keseimbangan melalui proses homeostatis. Teori sistem keluarga memprediksi bahwa psikopatologi muncul ketika homeostasis keluarga tidak seimbang oleh beberapa peristiwa yang penting. Anggota keluarga dipandang saling tergantung dalam model ini, sehingga perubahan yang signifikan dalam satu individu menyebabkan kompensasi perubahan lain. Perkembangan Terapi Keluarga Terapi Keluarga dikembangkan oleh sekelompok dari orang yang bervariasi, yang bekerja secara terpisah dari satu sama lain. Psikoanalisis Freud dan terapi client-centered Rogers, sekolah-sekolah terkemuka di tahun 1950-an, melihat patologi sebagai hasil dari interaksi yang tidak sehat dengan orang lain. Psikoterapi tradisional membutuhkan hubungan dengan terapis untuk menjadi pribadi, sehingga untuk mencegah pasien dari perasaan distorsi atau menolak untuk memenangkan persetujuan orang lain. Namun pada awal 1950-an, keluarga perintis terapis Don Jackson mendokumentasikan efek dramatis psikoterapi individu terjadi pada anggota lain dari keluarga pasien (Nichols & Schwartz, 1991). Gerakan bimbingan anak juga penting. Teori di balik klinik bimbingan anak adalah bahwa, jika gangguan emosional dimulai pada masa kanak-kanak (melalui psikodinamika Freudian), maka psikopatologi dewasa dapat dicegah dengan intervensi dengan anak-anak beresiko. John Bowlby di Klinik Tavistock di Inggris memulai untuk melihat pasien anaknya bersama-sama dengan orang tua mereka dan melaporkan peningkatan hasil terapi. Nathan Ackerman memperluas pendekatan ini pada tahun 1938 dan menganjurkan melihat keluarga sebagai entitas tunggal, menjadi suatu kesatuan ketika berhadapan dengan masalah-masalah setiap individu di dalamnya (Nichols & Schwartz, 1991). Konseling perkawinan adalah kontribusi perkembangan yang lain. Pada tahun 1931 laporan pertama tentang psikoanalisis dari sepasang suami istri disajikan pada konvensi American Psychiatric Association. Penulis, Clarence Oberndorf, berpendapat bahwa pasangan yang sudah menikah memiliki penyakit syaraf saling terkait yang paling baik dirawat di konser (Nichols & Schwartz, 1991). Schools of Family Therapy Apa pun penyebabnya, komunikasi terganggu dalam keluarga masih dapat memberikan pengaruh buruk terhadap rehabilitasi individu teratur itu. Psikopatologi serius dalam anggota keluarga menempatkan tekanan yang signifikan terhadap keluarga dalam hal apapun. Oleh karena itu, terapi keluarga berdasarkan prinsip psychoeducational masuk akal jika berfokus pada mengatasi konstruktif dan adaptasi (Clarkin & Carpenter, 1995). Terapi kognitif-perilaku keluarga menekankan teknik seperti pelatihan keterampilan pelatihan komunikasi, pemecahan masalah, dan kontingensi kontrak / pertukaran sosial / metode pembelajaran operant. Fokus perhatian adalah gaya attributional dan asumsi terdistorsi, penyimpangan komunikasi, dan ekspresi dari pengaruh negatif dan "mengungkapkan emosi" (Clarkin & Carpenter, 1995). Karena pendekatan kognitif-perilaku tidak berasal dari baik psikoanalitik atau konsep teori sistem, maka tidak dianggap sebagai salah satu cabang dari terapi keluarga yang tepat (Guerin & Chabot, 1997). Berbagai sekolah dalam terapi keluarga berbagai yang bersatu untuk memiliki elemen umum yang dapat dikenali dan, konsisten dengan analogi "family tree", dapat dilihat dari pembentukan empat cabang utama. Pendekatan Communications yang diawali oleh Gregory Bateson pada tahun 1950. Pendekatan PsychoanaIytic Multigenerational System yang diawali dengan karya Murray Bowen. Pendekatan Experiential System dengan dasar-dasar humanistik dan psikoanalitik, hal ini terkait dengan Carl Whitaker dan Virginia Satir. Pendekatan Structural Family Therapy diawali dengan gerakan bimbingan anak dan diwakili oleh Salvadore Minuchin (Guerin & Chabot, 1997). Communications (Komunikasi), Gregory Bateson Model Komunikasi Palo Alto dikembangkan dari teori hubungan ganda, yang kemudian ditolak karena kurangnya dukungan eksperimental (Miklowitz, 1994). Dalam model ini keluarga digambarkan sebagai suatu "sistem cybernetic" yang berubah untuk menjadi lebih adaptif dalam menanggapi informasi baru, atau kembali ke keadaan homeostasis ketika baru, informasi yang mengganggu diperkenalkan. Dalam model Intervensi Strategis Don Jackson dan Jay Haley, terapi dipandang sebagai perjuangan kekuasaan atas kendali. Pasien yang diidentifikasi dalam kendali, dan terapis harus mengubah keseimbangan kekuasaan. Salah satu metode untuk melakukannya adalah terapi hubungan ganda, dirancang sebagai manuver paradoks oleh Jackson dan Haley. Psychoanalytic Multigenerational Systems. Dalam model psikoanalitik, psikopatologi muncul ketika anggota keluarga mengalami aspek yang tidak tertahankan pada self-nya. Aspek tersebut terproyeksikan pada anggota keluarga lain, yang mengidentifikasi dengan atribut-atribut dan mulai untuk merasakannya. Experiential Systems. Model Symbolic-Experiential dari Carl Whitaker dan Virginia Satir memfokuskan pada simbol keluarga. Pendekatannya adalah pragmatis dan atheoretical. Dalam pandangan Whitaker, teori hanya untuk siswa yang ingin menontrol kecemasan mereka tentang mengelola situasi klinis. Penekanannya adalah pengalaman emosional diciptakan dari terapi itu sendiri, bukan dari pemahaman intelektual atau pemahaman. Structural Family Therapy. Model Structural Family Therapy dari Salvador Minuchin adalah teori proses keluarga yang memandang patologi sebagai hasil dari seseorang yang baik terjerat di atau terlepas dari keluarga seseorang. Jadi, patologi dalam anggota keluarga muncul karena disfungsi hirarki struktur keluarga. Kritikan Sebagai beberapa pendekatan psikoterapi, pendekatan terapi keluarga (family therapy) masih dipertanyakan. Foley (1989) beranggapan bahwa melakuakan treatment pada keluarga dibandingkan individu, karena terapi keluarga dianggap lebih logis, cepat, lebih memuaskan, dan lebih hemat. Namun belum ada data empiris yang dapat mendukung pernyataan ini. Ada kesulitan yang cukup besar dalam penelitian terkontrol dalan intervensi terapi keluarga. Ini termasuk memilih perlakuan yang sesuai dan kriteria hasil, dan memutuskan unit analisis. TERAPI KELOMPOK Bagi klinik atau rumah sakit dengan banyak klien, psikoanalisis tradisional tidak dapat dijalankan sebagai bentuk standar dari pelayanan. Satu solusi pada masalah logistic ini adalah dengan memberikan terapi bagi sejumlah besar orang untuk mengobati beberapa dari mereka sekaligus. Terapi kelompok telah dijelaskan sebagai produk dari teknik marketing modern, sebuah metode yang membuat psikoterapi tersedia untuk konsumen kecil dengan harga yang dia mampu (Ehrenwald, 1976). Terapi kelompok diamati bahwa tekniknya tidak hanya hemat namun jug efektif dibandingkan terapi tradisional. Beberapa keuntungan dari terapi kelompok telah dikutip sebagai berasal dari rasa memiliki dan diterima oleh kelompok sebaya. 1. Psikoterapi Analitik Kelompok (Group Analytic Psychotherapy) Teknik dari Psikoterapi analitik kelompok terdiri dari adanya pertemuan regular dari kelompok tertentu dibawah panduan dari psikoterapis yang sama. Pada tahap awal, pasien berbicara satu sama lain mengenai simptom-simptom spesifik mereka, lalu mereka melanjutkan pada diskusi mengenai kesulitan personal dan konflik emosional. Dalam prosesnya, anggota kelompok mengembangkan dan mengekspresikan perasaan emosional mengenai partisipan lainnya, dan mereka belajar untuk mengerti dan menerima perasaan yang diekspresikan oleh orang lain. teknik utamanya adalah interpretasi, di mana pasien membantu orang lain berhubungan dengan simptom-simptom mereka dengan emosi yang mereka alami dan ekspresikan (Walker, 1957). 2. Terapi Behavior dalam Kelompok Beberapa dari target treatment yang berhubungan dengan terapi behavior telah menggunakan terapi kelompok untuk alasan kenyamanan dan alasan teoritik., khususnya pada konsep teori belajar sosial seperti modeling dan observational learning. Terapis behavior telah terbagi dalam bagaimana melihat terapi kelompok behavior. Beberapa melihatnya sebagai terapi behavior dalam kelompok, soal memberikan intervensi yang sama untuk beberapa peserta untuk kenyamanan kemudian yang lain melihatnya sebagai terapi behavior beroperasi melalui proses kelompok. Menggabungkan pandangan ini memerlukan melihat kelompok sebagai "baik konteks dan wadah/pembawa bagi perubahan perilaku individu" (Rose, 1977, p. x). penelitian behavior ditujukan untuk tidak menggambarkan perbedaan yang tajam antara terapi individu dan intevensi melalui kelompok, terutama karena terapi kelompok behavior sering melibatkan kelompok klien yang homogen. 3. Terapi Kelompok Humanistik Terapi kelompok humanistik, termasuk eksistensial, Gestalt, dan client-centered group therapies, terarah pada membantu klien membuat perubahan perilaku dan sikap yang positif. Penekanannya pada kehendak yang bebas, kemampuan partisipan untuk menumbuhkan dan menghasilkan pilihan, dan self-awareness. Self-actualization dilihat sebagai proses esensial: Untuk beroperasi secara efektif dalam kelompok, terapis harus percaya pada kemampuan anggota kelompok untuk menolong anggota lainnya berkembang dalam arah yang positif. Kecuali kasusnya seperti ini, terapis yang mungkin mencoba untuk melakukan kontrol lebih besar atas proses kelompok daripada membantu. (Page et al., 2002, p. 340) Biasanya, anggota kelompok menentukan arah kelompok untuk mereka sendiri. Format ini dikenal sebagai unstructured group therapy. 4. Ciri-Ciri Umum Terapi Kelompok Beberapa karakteristik dari terapi kelompok nampak berjalan melewati batas teoritik. Elemen-elemen umum ini termasuk memiliki sejumlah partisipan; adanya pemimpin atau terapis, yang mentatacarakan berdasar pemikiran teoritis untuk terapi kelompok; dan memiliki tujuan untuk menghasilkan pengalaman terapeutik, dengan harapan perubahan emosional, kognitif, dan behavioral yang bermanfaat (Shaffer & Galinsky, 1974). Ballinger dan Yalom (1995) mengidentifikasi sepuluh faktor terapeutik yang dijalankan pada terapi kelompok pada umumnya, sebagai berikut: • Menanamkan harapan • Keuniversalan (memperlihatkan bahwa individu tidak sendiri dan permasalahannya adalah universal) • Menyampaikan informasi • Alturistik (anggota kelompok membantu anggota lainnya) • rekapitulasi perbaikan masalah dari keluarga asli • mengembangkan kemampuan sosial • mengimitasi seseorang • pengolahan emosi dan refleksi kognitif • pembelajaran interpersonal • kepaduan/kekompakan kelompok. Intisari Jurnal A Randomized Controlled Trial of Adjunctive Family Therapy and Treatment as Usual Following Inpatient Treatment for Anorexia Nervosa Adolescents Penelitian ini mengenai perawatan anorexia nervosa (AN) yang langka. Tujuannya, untuk membandingkan dua multidimensi program pasca-rawat inap pengobatan untuk pasien rawat jalan dengan remaja yang menderita AN: Pengobatan biasa (Treatment as Usual) versus perawatan dengan terapi keluarga (TAU + FT). Untuk sesi terapi keluarga, berfokus pada dinamika intra-keluarga daripada simtomatologi makan, untuk Program multidimensi meningkatkan efektivitas pengobatan pada anak perempuan dengan AN parah. Anorexia Nervosa (AN) adalah penyakit parah yang mempengaruhi 0,5 sampai 1% dari remaja perempuan. AN telah dikaitkan dengan kecacatan sosial, komorbiditas psikologis, komplikasi fisik, serta tingkat kematian 10%. Terapi keluarga (FT) telah dilaporkan pengobatan yang paling efektif untuk AN remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah adjunction tersebut dari Intervensi FT, berfokus pada peningkatan dinamika intra-keluarga, akan dikaitkan dengan hasil yang lebih baik daripada Program pengobatan multidimensi yang biasa saja dan di mana orang tua secara rutin diundang untuk berpartisipasi. Pengobatan seperti biasa (TAU). Terdiri dalam perawatan rawat jalan dilakukan sebelum dikeluarkan dari rumah sakit dan disesuaikan sesuai dengan keadaan mental dan fisik pasien. Ini termasuk konsultasi individu, wawancara rutin yang melibatkan orang tua, dan jika diperlukan, psikoterapi individu dengan terapis lain. Pada setiap janji, psikiater klinis melakukan penyelidikan kondisi mental pasien, kebiasaan makan, kesehatan kondisi, dan lingkungan psikososial. Selain itu, psikiater memberikan dukungan, layanan terkoordinasi, obat, resep yang diperlukan, dan menawarkan orangtua dukungan dan bimbingan mengenai konflik mereka dengan putri mereka. Sumber : http://www.luphie.com/2013/01/clinical-psychology-psikoterapi.html 4. Perbedaan antara Psikoterapi dengan Pikologi Konseling PERBEDAAN DAN PERSAMAAN KONSELING DAN PSIKOTERAPI 1. Klien yang menjalani konseling tidak digolongkan sebagai penderita penyakit jiwa, tetapi dipandang sebagai seseorang yang mampu memilih tujuan-tujuannya, membuat keputusan dan secara umum bisa bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri dan terhadap hari depannya. 2. Konseling dipusatkan pada keadaan sekarang dan yang akan dating. 3. Klien adalah klien dan bukan pasien. Konselor bukanlah tokoh otoriter namun adalah seorang pendidik dan mitra dari klien dalam melangkah bersama untuk mencapai tujuan. 4. Konselor tidaklah netral secara moral atau tidak bermoral, melainkan memiliki nilai-nilai perasaan dan normanya sendiri, meskipun konselor tidak perlu memaksakan hal ini kepada klien namun ia juga tidak menutupinya. 5. Konselor memusatkan pada perubahan perilaku tidak hanya menumbuhkan pengertian. METODE Konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang riil, lebih kognitif dan berkurang intensitas emosi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya. Brammer & Shostrom (1977) mengemukakan bahwa : 1. Konseling ditandai oleh adanya terminology seperti : “educational, vocational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short term” 2. Sedangkan psikoterapi ditandai oleh : “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and orther severe emotional problems and longterm. MODEL KONSELING DAN PSIKOTERAPI a. Psikoanalisa. Pandangan penganut aliran Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministic. Menurut pendapat Freud, perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi yang tidak disadari. Dorongan biologis serta dorongan naluri dan peristiwa psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama kehidupannya. Fungsinya adalah sebagai wadah impuls id, untuk menghimbau ego agar menggantikan tujuan yang moralistic dengan yang realistic, serta memperjuangkan kesempurnaan. Oleh karena itu maka superego yang merupakan internalisasi standar dari orang tua dan masyarakat yang dihubungkan dengan ganjaran serta hukuman psikologi. Mekanisme pertahanan Ego. Pertahanan Ego ini adalah perilaku yang normal dan bukan bersifat patalogis. Berikut adalah deskripsi singkat tentang beberapa pertahanan ego yang umum :  Represi.  Memungkiri  Pembentukan Reaksi  Proyeksi.  Penggeseran  Rasionalisasi  Sublimasi  Regresi  Introjeksi  Identifikasi  Kompensasi  Ritual dan Penghapusan b. Behavioristik & Humanistik. 5. pendekatan Psikoterapi terhadap Mental A. Konseling: Untuk berkinsultasi kepada psikiater atau psikolog B.Tarapi Keluarga: Bentuk penyembuhan yang dilakukan oleh keluarga C. Terapi Bermain: Terapi yg dilakukan dengan cara bermain biasanya untuk anak- anak 6. Bentuk Psikoterapi B. BENTUK-BENTUK DAN TEKNIK PSIKOTERAPI Muhammad Abd al-‘Aziz al-Khalidi membagi obat (syifa’) ke dalam dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembukan penyakit fisik, seperti berobat dengan madu, air buah-buahan yang disebutkan dalam al-Quran. Sunnahnya digunakan untuk menyembuhkan kelainan jasmani. Kedua, obat ma’nawi, obat yang sunnahnya menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Quran. Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena itu maka kelainan kepribadian disembuhkan dengan pengobatan ma’nawi. Demikian juga kelainan jasmani sering kali disebabkan oleh kelainan ruhani maka cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan ma’nawi. Al-Razi, dokter sekaligus filosof muslim mengatakan bahwa, tugas seorang dokter disamping mengetahui kesehatan jasmani dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa. Hal itu menurutnya dilakukan untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, agar tidak terjadi keadaan yang minus atau berlebihan. Hal ini menunjukkan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis. Pengetahuan psikis tidak sekedar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak diantara kelainan jasmani diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stress, dengki, iri hati, dan lainnya sering kali menjadi penyebab utama penyakit jasmani. Muhammad Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori; Pertama, bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Kedua, bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan agama. Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson, terdapat enam teknik psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain: Teknik Terapi Psikoanalisa Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik ini mempunyai pengaruh kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik. 2. Teknik Terapi Perilaku Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku. 3. Teknik Terapi Kognitif Perilaku Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik. 4. Tenik Terapi Humanistik Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered-therapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain. 5. Teknik Terapi Eklektik atau Integratif Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis mengkhususkan diri dalam masalah spesifik, seperti alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi. 6. Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya. Berbagai teknik terapi di atas, tidak satupun menyebutkan teknik terapi ukhrawi. Freud bahkan dalam The Future of an Ilusion mengaggap bahwa orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita delusi, ilusi dan obsessional neurosis yang berasal dari ketidakmampuan manusia dalam menghadapi kekuatan alam di luar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan kumpulan neurosis yang disebabkan oleh kondisi serupa dengan kondisi yang menimbulkan neurosis pada anak-anak. Teori freud ini kemudian dibantah oleh Carl Jung putra mahkotanya sendiri. Jung terpaksa mengadakan penelitian pada mitologi, agama, alkemi dan astrologi. Penelitiannya ini dapat membantu archetipe-archetipe yang sulit diperoleh dari sumber-sumber kontemporer. Selanjutnya Allport juga membantah teori Freud. Para psikolog kontemporer tidak menemukan patologi-patologi yang terjadi pada pemeluk agama yang salih. Pemeluk agama yang salih justru mampu mengintegrasikan jiwanya dan tidak pernah mengalami hambatan-hambatan hidup secara serius. Dengan demikian, teori Freud yang hanya mengutamakan psikoterapi duniawi tidak dapat dipertahankan lagi dan dipandang perlu untuk penambahan psikoterapi lain yang dikaitkan dengan kehidupan agama, yakni psikoterapi ukhrawi yang berasaskan agama. (yaitu Rabb) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Rabbku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku (QS. As-Syu’ara : 78 – 80) Psikoterapi dalam Islam dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Psikoterapi hati itu ada lima macam : Membaca Al-Quran sambil mencoba memahami artinya; Melakukan shalat malam; Bergaul dengan orang yang baik atau salih; puasa zikir malam hari yang lama 1. membaca Al-qur’an Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyalkit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien. Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, serta dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat maupun tangkal. Sementara Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’ dalam Al-Qur’an memiliki makna “terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Al-Thabathaba’I jiga mengemukakan bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik melalui bacaan atau tulisan. Menurut al-Faidh al-Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan bahwa lafal-lafal al-Quran dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Quran mampu mengobati penyakit jiwa dan badan manusia. Obat yang mujarab yang dapat mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Quran. Kemukjizatan lafal al-Quran bukan hanya perkalimat, tetapi perkata, bahkan perhuruf. Hal itu dianalogikan dengan sabda Nabi bahwa pahala membaca al-Quran bukan perkalimat atau perkata, tetapi per huruf. Apabila al-Quran dihadapkan pada orang yang sehat mentalnya, maka ia bernilai konstruktif. Artinya, ia dapat memperkuat dan mengembangkan integritas dan penyesuaian kepribadian dirinya. Karena itu, berobat dengan menggunakan al-Quran, baik secara lahiriah maupun batiniah, tidak hanya ketika dalam kondisi sakit, namun sangat dianjurkan dalam kondisi sehat. 2. Shalat diwaktu malam Shalat tahajjud memiliki banyak hikmah. Diantaranya adalah (1) setelah melakukan ibadah tambahan (nafilah), baik dengan shalat maupun membaca al-Quran, maka dirinya mendapatkan kedudukan terpuji dihadapan Allah SWT; (2) memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian orang-orang salih yang selalu dekat (taqqarub) kepada Allah SWT, terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar; (3) jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketenteraman, bahkan Allah SWT menjajikan kenikmatan surga baginya; (4) doanya diterima, dosanya mendapatkan ampunan dari Allah SWT, dan diberi rizki yang halal dan lapang tanpa susah payah mencarinya; (5) sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai rasa syukur, nabi SAW sendiri selalu melakukan tahajjud walaupun tumit kakinya bengkak. Setelah shalat sunat di malam hari, amalan yang perlu dilakukan adalah berdo’a, berdzikir dan membaca wirid, sebab berdoa di malam hari mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW : “Sesuatu yang lebih mendekatkan Tuhan kepada hamba-Nya di tengah malam adalah apabila engkau mampu melakukan zikir kepada Allah maka lakukanlah.” Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk melatih konsentrasi yang integral dan komprehensif.hal itu tergambar dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan potensi-potensi psikis manusia, seperti potensi kalbu untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi syahwat (appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Denga shalat, seseorang dapat menjaga dua dari lima prinsip kehidupan. Lima prinsip kehidupan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan dan harta benda. Dengan shalat ia mampu menjaga agamanya, sebab shalat merupakan tiang agama. Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar terhindar dari segala zat yang membahayakan. Ketiga, shalat mengandung doa yang dapat membebaskan manusia dan penyakit batin. Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)-nya adalah taubat. Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena dalam shalat seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya.salah satu indikator taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat. Dengan pengakuan akan dosa dan permohonan untuk penghapusan dosa dalam doa iftitah, menghantarkan seseorang untuk kembali pada fitrah aslinya yang terbebas dari segala penyakit batin. Bahkan dalam hadis lain, shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan psikis seseorang seperti orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam sehari semalam. 3. Bergaul dengan orang shalih. Orang yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Dalam tradisi kaum sufi, seseorang yang shalih dan dapat menyembuhkan penyakit ruhani manusia disebut dengan al-thabib al-ilahi atau mursyid. Menurut al-Syarqawi, adalah al-thabib al-murabbi (dokter pendidik). Dokter seperti ini lazimnya memberikan resep penyembuhan kepada pasiennya melalui dua cara, yaitu: 1. negative (al-salabi), dengan cara membersihkan diri dari segala sifat-sifat dan akhlak yang tercela. 2. positif (al-ijabi), dengan mengisi diri dari sifat-sifat atau akhlak yang terpuji. Menurut Sa’id Hawwa, menyatakan bahwa zikir, wirid, dan amalan-amalan tertentu belum cukup untuk mengobati penyakit jiwa, melainkan diperlukan ilmu yang disertai dengan mujahadah. Baik mursyid maupun al-thabib al-ilahi, keduanya memiliki-pinjam istilah Abraham Maslow-pengalaman puncak (peak experience), sebab selain mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok juga melakukan perluasan diri (extension of the self) dengan ibadah-ibadah khusus. 4. Melakukan puasa. Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia. Pembagian puasa ada 2: 1. Puasa fisik, yaitu menahan lapar,haus, dan berhubungan seks.(bukan miliknya atau bukan pada tempatnya) 2. Puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan maksiat. Puasa juga mampu menumbuhkan efekemosional yang positif, seperti menyadari akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan nilai-nilai positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin. Hikmah lapar menurut Al-Ghazali: - Menjernihkan Qalbu dan mempertajam pandangan - Melembutkan Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin - Menjauhkan prilaku yang hina dan sombong - Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah - Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk - Mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam hari untuk ibadah - Mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah - Menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit - Menumbuhkan sikap mendahulukan suka membantu orang lain dan mudah bersedekah. 5. Zikir Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala keagungan dan kasih saying Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Dua makna yang terkandung dalam lafal zikir menurut At-Thabathabai: 1. Kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya (istikdhar) 2. Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang. Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya. Melakukan zikir sama halnya nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir.firman Allah SWT: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Al-Ra’d:28) Cara berzikir: 1. Zikir Jabar, zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun gerakan. Fungsinya adalah untuk menormalisasikan kembali fungsi system jaringan syaraf,sel-sel, dan semua organ tubuh. 2. Zikir Sirr, zikir yang diucapkan dalam hati. Kesimpulan kelima terapi diatas adalah terapi dengan doa dan munajat. Doa adalah permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah yang memberikan penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan. Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar doa dapat diterima maka diperlukan syarat-syarat khusus, diantaranya dengan membaca istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti memohon ampunan kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu memiliki makna taubat. Yang unik dalam psikoterapi islam adalah keberadaannya sangat subyektif dan teosentris. Dalam melakukan terapi, masing-masing individu memiliki tingkat kualitas yang berbeda seiring pengetahuan, pengalaman, dan pengamalan yang dimiliki. Tentunya hal itu mempengaruhi tingkat kemujaraban terapi yang diberikan. Perbedaan itu dapat dipahami sebab dalam islam mempercayai adanya anugrah dan kekuatan agung diluar kekuatan manusia, yaitu Tuhan reference : Abdul Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002 Sumber : http://gudangmaterikuliah.blogspot.com/2013/01/pengertian-bentuk-dan-tehnik.html